PENERAPAN KONSEP BLENDING ARCHITECTURE PADA RANCANGAN BENTUK GEDUNG PERTUNJUKAN TEATER DI SURABAYA

  • Ivan Fadhillah Hidayat Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
  • Firdha Ayu Atika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
  • Brina Oktafiana Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Abstract

Seni teater atau pertunjukan telah berkembang pesat di seluruh dunia contohnya pada negara Rusia, Jepang, Yunani, hingga Amerika Serikat tak luput juga Kota Surabaya. Sebagai kota yang kaya kebudayaan dan kesenian, seni teater diapresiasi dan diminati masyarakat pada jamannya. Di Surabaya sudah berkembang beberapa kesenian pertunjukan tradisional maupun modern contohnya yang tradisional adalah Ludruk, Wayang, Srimulat, dan Ketoprak. Sedangkan teater modern banyak ditampilkan oleh komunitas – komunitas teater di Surabaya contohnya Bengkel Muda Surabaya, dan masih banyak lagi. Gedung pertunjukan teater di Surabaya belum memadai dan pertunjukan teater belum difasilitasi dengan baik dan gedung pertunjukan teater di Surabaya juga belum menunjukkan identitas lokal Surabaya. Maka dari itu dengan mengaplikasikan konsep blending gaya arsitektur lokal Surabaya perancangan Gedung pertunjukan ini diharap mampu memberi wadah para seniman seni teater dan mencerminkan identitas lokal di Surabaya. Analisis ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan mengumpulkan penelitian lapangan dan literatur. Konsep bentuk blending dengan memadukan tiga gaya arsitektur asli yang ada di Surabaya yaitu gaya arsitektur Jawa, Kolonial, dan Jengki. Konsep ini diharap mampu memberikan ciri yang khas pada bentuk Gedung pertunjukan teater dan menjadi ikon Gedung pertunjukan di Surabaya. Penerapan konsep blending ini menekankan pada arsitektur Jawa sebagai gaya utama dan gaya kolonial dan jengki sebagai gaya secondary atau pendukung. Penerapan arsitektur Jawa terlihat pada siluet bentuk dan filosofis bentuk. Sedangkan untuk gaya kolonial dan jengki penerapannya terlihat pada eksplorasi ornamen dan elemen lengkung pada fasad.

Downloads

Download data is not yet available.

Abstract

Seni teater atau pertunjukan telah berkembang pesat di seluruh dunia contohnya pada negara Rusia, Jepang, Yunani, hingga Amerika Serikat tak luput juga Kota Surabaya. Sebagai kota yang kaya kebudayaan dan kesenian, seni teater diapresiasi dan diminati masyarakat pada jamannya. Di Surabaya sudah berkembang beberapa kesenian pertunjukan tradisional maupun modern contohnya yang tradisional adalah Ludruk, Wayang, Srimulat, dan Ketoprak. Sedangkan teater modern banyak ditampilkan oleh komunitas – komunitas teater di Surabaya contohnya Bengkel Muda Surabaya, dan masih banyak lagi. Gedung pertunjukan teater di Surabaya belum memadai dan pertunjukan teater belum difasilitasi dengan baik dan gedung pertunjukan teater di Surabaya juga belum menunjukkan identitas lokal Surabaya. Maka dari itu dengan mengaplikasikan konsep blending gaya arsitektur lokal Surabaya perancangan Gedung pertunjukan ini diharap mampu memberi wadah para seniman seni teater dan mencerminkan identitas lokal di Surabaya. Analisis ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan mengumpulkan penelitian lapangan dan literatur. Konsep bentuk blending dengan memadukan tiga gaya arsitektur asli yang ada di Surabaya yaitu gaya arsitektur Jawa, Kolonial, dan Jengki. Konsep ini diharap mampu memberikan ciri yang khas pada bentuk Gedung pertunjukan teater dan menjadi ikon Gedung pertunjukan di Surabaya. Penerapan konsep blending ini menekankan pada arsitektur Jawa sebagai gaya utama dan gaya kolonial dan jengki sebagai gaya secondary atau pendukung. Penerapan arsitektur Jawa terlihat pada siluet bentuk dan filosofis bentuk. Sedangkan untuk gaya kolonial dan jengki penerapannya terlihat pada eksplorasi ornamen dan elemen lengkung pada fasad.

References

Cahyani, R., Wulandari, L. D., & Antariksa, A. (2015). Pengaruh arsitektur tradisional Jawa dalam hunian kolonial di kampung Bubutan Surabaya. RUAS, 13(1), 56–65.
Cantona, H., & Antaryama, I. G. N. (2016). Penerapan Metode Hybrid Architecture dalam Perancangan Pasar. Jurnal Sains Dan Seni ITS, 5(2).
Darjosanjoto, E. T. S. B. (2005). Kembang Jepun: Jalan Dominan Kota Surabaya. DIMENSI (Journal of Architecture and Built Environment), 33(2).
Faizal, A. (2019, September 13). Surabaya Terpilih Jadi Kota Percontohan Pengembangan Kebudayaan .
Handinoto, H., & Hartono, S. (2006). Arsitektur transisi di Nusantara dari akhir abad 19 ke awal abad 20 (studi kasus Komplek Bangunan Militer di Jawa pada peralihan abad 19 ke 20). DIMENSI (Journal of Architecture and Built Environment), 34(2), 81–92.
Kartono, J. L. (2006). Konsep ruang tradisional jawa dalam konteks budaya. Dimensi Interior, 3(2).
Rum, G. G. M., & Ikaputra, I. (2021). Arsitektur Hibrida: Kombinasi untuk Menghasilkan Karya Arsitektur yang Lebih Baik. Sinektika: Jurnal Arsitektur, 18(2), 107–112.
Sumarno, J. T. (2021, May 31). Surabaya Butuh Kesenian dan Kebudayaan sebagai Roh Pembangunan Kota.
Published
2023-05-25
How to Cite
HIDAYAT, Ivan Fadhillah; ATIKA, Firdha Ayu; OKTAFIANA, Brina. PENERAPAN KONSEP BLENDING ARCHITECTURE PADA RANCANGAN BENTUK GEDUNG PERTUNJUKAN TEATER DI SURABAYA. CERMIN: Jurnal Penelitian, [S.l.], v. 7, n. 1, p. 106-121, may 2023. ISSN 2615-3238. Available at: <https://unars.ac.id/ojs/index.php/cermin_unars/article/view/2724>. Date accessed: 22 dec. 2024. doi: https://doi.org/10.36841/cermin_unars.v7i1.2724.